Rabu, 04 Januari 2012

Ada Cerita di PKPS 9

Oleh: Lira Wigiana

“Hapunten sadayana,
seja ngawanohkeun diri,
wasta pun Lira Wigiana,
nenehna Lira,
kawit ti Kuningan, gede di Bandung, kiwari keur nyuprih élmu di Bogor,
utusan ti LISES Gentra Kaheman IPB.
Hatur nuhun.”
:>

Kalimat di atas adalah cara memperkenalkan diri menggunakan bahasa Sunda yang baik. Jujur, baru saya pelajari saat mengikuti kegiatan PKPS 9 Gema Jabar. Apa PKPS 9? Kegiatan seperti apa itu? Siapa yang menyelenggarakan? Pada awalnya saya pun tidak mengetahui apa-apa tentang kegiatan ini, hanya bersumber dari info senior dan website. Namun setelah mengenal lebih dekat dan mengalami sendiri kegiatannya, saya merasa bahwa ini sebuah kegiatan yang sangat bagus dan sayang untuk dilewatkan. Oleh karena itu disini saya akan berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman saya mengikuti kegiatan PKPS 9 selama satu minggu di Cimahi dan Ranca Upas Kab. Bandung.

Bisa dibilang bahwa saya ini mempunyai darah Sunda asli, namun sedihnya saya kurang fasih berbicara dalam bahasa Sunda. Mungkin karena sejak kecil tidak dibiasakan berbicara dalam bahasa Sunda. Walaupun bahasa Sunda saya kurang, tapi untuk keseniannya saya sangat mencintainya. Dimulai sejak kecil dari bangku SD , saya mengikuti pelajaran karawitan, SMP bermain gamelan, hingga saat kuliah bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda (LISES) Gentra Kaheman IPB. Nah dari Gentra Kaheman inilah saya mengantarkan saya mendapat info untuk mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda ke-9 atau PKPS 9.

PKPS 9 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Gerakan Masyarakat Jawa Barat (Gema Jabar) dan Dinas Olahraga dan Pemuda Jawa Barat (Disorda Jabar). Gema Jabar dibentuk pada tahun 2002 oleh kelompok kecil masyarakat Sunda yang ada di DKI Jakarta, sebagai bentuk komitmen dan kepedulian terhadap pembangunan Jawa Barat. Gema Jabar memfokuskan pada upaya pengembangan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang secara faktual memang masih cukup memprihatinkan. Gema Jabar memiliki program Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda (PKPS) yang telah berjalan sejak tahun 2002 hingga 2011. Setiap tahun mengadakan 1 (satu) Angkatan Diklat. Hingga 2011, telah melaksanakan 9 Angkatan dengan jumlah alumni Diklat 900 orang yang tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat.

Kegiatan PKPS 9 dimulai dari tanggal 13-19 November 2011 di Pusdikbekang Cimahi dan Perkemahan Ranca Upas. Peserta yang berjumlah 100 orang diberikan berbagai fasilitas mulai dari akomodasi, konsumsi, seminar kit, sertifikat, fasilitas kesehatan, dan seragam. Pemateri yang diundang pun merupakan profesional di bidangnya masing-masing seperti Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Daud Achmad (Kadisorda Jabar), Mayjen Lodewijk F Paulus (Danjen Kopassus), Dede Mariana (Pengamat Politik), Ganjar Kurnia (Rektor Unpad), Burhanudin Abdullah (Rektor Ikopin), Sandiaga S Uno (Pengusaha), Mubiyar Purwasasmita (Aktivis Lingkungan), Agus Muharam (Deputi Koperasi), Agung Sutisno (Ketua Kadin Jabar), Tjetje H Padminata (Tokoh Jabar), Herman Afif (Pembina Gema Jabar), Mayjen Purn Sudrajat (Tokoh Militer), Djaka Badrayana (Ketua Gema Jabar), Dedi Priyatna (Deputi Bappenas), Iwan Abdurochman (Seniman&Tokoh Lingkungan), Indra Prawira (Pengamat Politik), Ridwan Kamil (Arsitek), Iman Soleh (Budayawan&Seniman Sunda), Hawe Setiawan (Sastrawan Sunda), dan Goris Mustaqim (Enterpreuneur Muda).

Oh ya, dan yang paling penting bagi para mahasiswa, kegiatan ini GRATIS. Calon peserta hanya perlu memenuhi mekanisme pendaftaran yaitu peserta merupakan putra/putri daerah Jabar, terdaftar sebagai mahasiswa/aktivis organisasi kepemudaan di Jabar, IPK minimal 2,75, mengisi formulir pendaftaran, dan membuat essay mengenai Jawa Barat.

Setelah lolos menjadi 100 peserta PKPS 9, saya pun bersiap berangkat ke Pusdikbekang Cimahi bersama 11 teman-teman utusan dari IPB. Ini akan sangat menyenangkan!!!


 Pembukaan kegiatan PKPS 9
Hari 1
Ada 11 orang utusan/delegasi dari IPB yang mengikuti kegiatan PKPS 9 yaitu Teh Yanti, Teh Evi, Teh Nina, Eka, Irma, Rizal, Reza, Andri, Ari, Derri, dan saya sendiri. Kami berangkat jam 6 pagi dari kampus IPB Darmaga dengan menggunakan kendaraan umum dan sampai di Pusdikbekang Cimahi jam 10 pagi.

Pusdikbekang (Pusat Pendidikan Perbekalan Angkutan) adalah salah satu tempat pendidikan tentara/TNI sehingga suasana militer sangat terasa sekali. Para peserta menempati barak tentara untuk beristirahat. Bagi kami utusan dari IPB, suasana barak di Pusdikbekang sudah tidak asing lagi karena suasananya mirip asrama di IPB. Namun yang mengejutkan ternyata TNI yang berada di Pusdikbekang ingin terlibat juga dalam kegiatan PKPS 9 ini sehingga kami diperlakukan layaknya calon tentara pula.

Misalnya saat makan siang, berbagai peraturan harus kami patuhi dari mulai tidak bersuara saat berada di ruang makan, antri saat mengambil makan, duduk siap di meja makan, tidak makan duluan namun harus menunggu semua siap di meja makan dulu, sendok dan piring tidak boleh menimbulkan suara, harus mengambil semua jenis lauk walau tidak suka, dan yang paling berat (bagi saya) hanya diberi waktu makan 5 menit!!!

 <=== Suasana makan di pusdikbekang

Pada hari itu kami dipimpin oleh Komandan Jecnever. Kemana pun kami pergi, kami harus berbaris yang rapih, meneriakkan yel-yel, dan bila melakukan kesalahan akan menerima hukuman. Jlegerr...

Kegiatan pada hari pertama tidak banyak, hanya seputar perkenalan peserta dan panitia, pembagian kelompok, dan pembagian alat-alat dan seragam. Walau keras, intinya tentara telah mengajarkan pada saya akan arti kedisiplinan dan kebersamaan.

Hari 2
Para peserta harus bangun jam 4 pagi lalu melakukan senam yang dipimpin oleh Komandan Jecnever. Udara dingin perlahan tidak terasa karena senam yang kami lakukan ditambah push up dan sit up berkali-kali (lupa berapa kali, pokoknya banyak huhuhu). Jujur saya jarang sekali dan sulit melakukan push up dan sit up sebanyak itu, lucunya saat itu saya bisa melakukannya, mungkin karena ketakutan diawasi oleh Komandan Jec hahaha. (Tapi setelah itu saya mengalami kram otot selama 3 hari...err...)

Setelah senam, mandi dan bersiap-siap, kami berkumpul di ruang makan untuk makan pagi. Selama pelatihan, setiap hari kami mendapat 3 kali makan dan 2 kali Coffee Break. Rasanya kok lebih bergizi dibanding jadwal makan saya selama di kosan hahaha.

 Suasana di kelas ===>

Materi yang diberikan mirip seperti kuliah, dalam 1 hari ada 4 materi yang diberikan penuh dari jam 7 pagi sampai 10 malam diselingi ishoma (istirahat sholat makan). Walau kadang mengantuk, tapi kami harus waspada karena ada panitia yang suka iseng memotret jika kami tertidur hahaha.

Pada hari itu Bapak Ayi Vivananda (Wakil Walikota Bandung) memberikan materi mengenai Kesundaan. Seperti dapat kita lihat saat ini kemajuan teknologi telah menghilangkan beberapa kosa kata Sunda yang ada, seperti kata ‘hawu’ yang sudah jarang dipakai karena saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan kompor gas. Kita sebagai generasi muda Sunda harus menghilangkan budaya inferior yang dicirikan oleh kalimat “Mangga ti payun” menjadi “Mangga ti payun, abdi ti heula”. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh kapasitas saya sebagai mahasiswa ialah dengan memutus rantai kebodohan.

Hari 3
Terasa ada yang kurang. Pada hari ke-3 ini panitia memutuskan untuk menghentikan campur tangan tentara dalam kegiatan PKPS 9 dikarenakan banyaknya keluhan dari peserta yang tidak tahan dengan cara militer. Jujur saya juga merasa sedikit lega, namun jadi jengkel juga karena para peserta jadi keluar sifat aslinya yang tidak disiplin. Ngok.

Oh ya, 100 peserta PKPS 9 dibagi menjadi 10 kelompok dan saya masuk di kelompok terakhir, Kelompok 10 dengan nama kelompok Arya Brata Sena dengan warna kelompok merah dan fasilitator Kang Adi. Kelompok 10 diketuai oleh Eki dengan anggota Rizal, Jejen, Muslim, Ujang, Gani, Haryo, Sella, dan saya sendiri.

Pada hari itu Ibu Ruhaliah dari UPI menyampaikan materi mengenai Sejarah Kesundaan. Dengan mengetahui sejarah kita dapat mengambil hikmah teladan dan menambah wawasan nilai hidup sebagai pegangan dalam hidup bermasyarakat. Setelah itu Kang Ajat menyampaikan materi mengenai daya saing global. Mulai saat ini kita harus lebih disiplin, mengenal kemampuan diri, memiliki visi, dan kemampuan komunikasi yang baik agar dapat bersaing tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.


 Sebelum berangkat ke Ranca Upas

Hari 4
Banyak ilmu yang saya dapatkan selama di PKPS 9 ini seperti tentang kepemimpinan, kesundaan, sejarah Sunda, Sunda dalam daya saing global, perkembangan budaya Sunda, kewirausahaan, korupsi, lingkungan, wawasan kebangsaan, aksara sunda,  dan berbagai motivasi dari orang-orang sukses.

 Trekking ===>

Pada hari itu Bapak Iwan Gunawan (Wakil Ketua Kadin Jabar bidang UMKM, Koperasi dan Kemitraan) berkesempatan memberikan materi mengenai kewirausahaan. Untuk membangun ekonomi Indonesia alangkah baiknya bila generasi muda dapat memulai berwirausaha dengan cara mulai memiliki pola pikir wirausaha, sikap mental yang baik, ditambah ketrampilan teknis mengenai keuangan, dan membangun jaringan bisnis. Di sisi lain Pak Mubyar mengajarkan tentang pentingnya untuk mencintai lingkungan. Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak. Terakhir, kami pun diajari bagaimana menulis menggunakan aksara Sunda.

Ini hari terakhir kami mendapat pelatihan dengan suasana indoor (dalam ruangan kelas) di Pusdikbekang Cimahi karena besok akan pindah tempat dengan suasana outdoor di Perkemahan Ranca Upas.

Hari 5
Setelah sampai di Ranca Upas, para peserta melakukan trekking selama kurang lebih 1 jam menuju tempat perkemahan. Disini kami dibagi lagi menjadi 20 kelompok bivak (tenda). Karena umur saya paling tua di dalam kelompok (hiks), saya menjadi ketua Kelompok 16 dengan anggota Sista, Endah, Dela, dan Innasya. Kami mendirikan bivak sendiri dan memasak makanan sendiri. Jarang sekali saya berkemah seperti ini, jadi segar lagi hehehe.


 Dandru kumpuuul!

Walau di perkemahan tapi kami tetap mendapat materi. Namun bedanya, tempatnya bukan di ruangan kelas melainkan di dalam tenda besar. Biasanya kalau di kelas suasananya lebih kaku, namun di outdoor ini suasananya lebih santai. Para peserta pun menjadi lebih akrab dan saling berbaur.

Hari 6
Udaranya dingiiiiin sekali, tangan dan kaki saya terasa beku terus. Berhubung musim hujan, gerimis dan hujan pun sesekali datang. Para peserta saling membantu mengatasi medan yang licin karena hujan. Saya pun sering dibantu oleh Taufik. Disini kami belajar untuk lebih bisa bekerja sama satu sama lain. Selanjutnya Kang Heldi mengajari tentang bagaimana cara bertahan hidup di alam liar. Saya pun mencoba memakan beberapa tanaman yang bisa dimakan untuk bertahan hidup di hutan.


Suasana di Ranca Upas

Materi terakhir diisi oleh Abah Iwan yang semakin menambah semangat dan motivasi kami.          Selain itu Abah Iwan sangat menekankan akan pentingnya apresiasi dan tingkah laku. Ilmu tidak tergantung dari sumber yang bagus atau tidak, tapi bagaiman kemampuan kita untuk menangkap ilmu tersebut. Bila hati kita sudah tertutup, ilmu sebagus apapun tidak akan terserap. Sumber ilmu pun tidak hanya guru, namun siapa pun bisa menjadi sumber ilmu yang dapat mengajari kita akan kehidupan. Begitupun benda seperti pohon, di dunia ini, hanya pohon satu-satunya pabrik oksigen di dunia ini. Namun mengapa terkadang kita sama sekali tidak menghargainya, malah dengan seenaknya melakukan perusakan seperti penebangan liar.

Setelah materi terakhir itu kami menghabiskan malam terakhir di Ranca Upas dengan bernyanyi-nyanyi sambil menghangatkan diri (dan menjemur sepatu yang kehujanan hehehe) di sekitar api unggun. Untunglah malam itu cuaca cerah dan banyak sekali bintang indah di langit. Oh ya, ada cerita cinta juga dong di PKPS 9 ini, yaitu Kang Haris yang dengan berani mengungkapkan perasaannya pada Teh Ocha. XD


Hari 7
Di hari terakhir, sejak pagi telah diisi dengan berbagai macam permainan dan penampilan yel-yel dari tiap kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi per divisi profesi yang terbagi menjadi divisi Kewirausahaan, Politik&Hukum, Pendidikan, dan Sosial Kemasyarakatan. Saya bergabung dengan kelompok Kewirausahaan dengan anggota Dikdik, Usman, Lukman, Haris, Ari, Adi, Asep, Reza, Pian, Anna, Ima, Irma, Arin. Kami dari divisi Kewirausahaan membentuk GEMPAR (Gerakan Pemuda Wirausaha Jawa Barat). Setelah itu para peserta PKPS 9 bermusyawarah memilih Ketua Angkatan PKPS 9 yaitu Kang Fani utusan dari Unpad.


Suasana di Ranca Upas

Setelah sampai di Gedung Sate, para peserta beristirahat sampai jam 8 malam. Tepat pada jam 8 malam acara penutupan kegiatan PKPS 9 dimulai. Kang Djaka memimpin acara disertai tokoh-tokoh penting yang hadir untuk melepas kami. Dokumentasi selama kegiatan ditayangkan. Dan akhirnya dengan haru dan gembira kami melepas syal sebagai tanda telah lulus dari kegiatan PKPS 9. Setelah itu kami saling bersalaman satu dengan yang lainnya, sebagai salam perpisahan karena mungkin akan sulit untuk bertemu lagi. Malam pun semakin larut dan perlahan para peserta kembali ke daerahnya masing-masing dengan membawa kenangan akan PKPS 9... (tamat :’))

* Laporan Kegiatan untuk LISES Gentra Kaheman IPB.
 Hatur nuhun :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar