Oleh: Lira Wigiana
“Hapunten sadayana,
seja ngawanohkeun
diri,
wasta pun Lira
Wigiana,
nenehna Lira,
kawit ti Kuningan, gede
di Bandung, kiwari keur nyuprih élmu di Bogor,
utusan ti LISES
Gentra Kaheman IPB.
Hatur nuhun.”
:>
Kalimat di atas adalah cara memperkenalkan diri
menggunakan bahasa Sunda yang baik. Jujur, baru saya pelajari saat mengikuti
kegiatan PKPS 9 Gema Jabar. Apa PKPS 9? Kegiatan seperti apa itu? Siapa yang
menyelenggarakan? Pada awalnya saya pun tidak mengetahui apa-apa tentang
kegiatan ini, hanya bersumber dari info senior dan website. Namun setelah
mengenal lebih dekat dan mengalami sendiri kegiatannya, saya merasa bahwa ini
sebuah kegiatan yang sangat bagus dan sayang untuk dilewatkan. Oleh karena itu
disini saya akan berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman saya mengikuti
kegiatan PKPS 9 selama satu minggu di Cimahi dan Ranca Upas Kab. Bandung.
Bisa dibilang bahwa saya ini mempunyai darah Sunda asli,
namun sedihnya saya kurang fasih berbicara dalam bahasa Sunda. Mungkin karena
sejak kecil tidak dibiasakan berbicara dalam bahasa Sunda. Walaupun bahasa
Sunda saya kurang, tapi untuk keseniannya saya sangat mencintainya. Dimulai sejak
kecil dari bangku SD , saya mengikuti pelajaran karawitan, SMP bermain gamelan,
hingga saat kuliah bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda
(LISES) Gentra Kaheman IPB. Nah dari Gentra Kaheman inilah saya mengantarkan
saya mendapat info untuk mengikuti Pelatihan
Kepemimpinan Putra Sunda ke-9 atau PKPS 9.
PKPS 9 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh
Gerakan Masyarakat Jawa Barat (Gema Jabar) dan Dinas Olahraga dan Pemuda Jawa
Barat (Disorda Jabar). Gema Jabar dibentuk pada tahun 2002 oleh kelompok kecil
masyarakat Sunda yang ada di DKI Jakarta, sebagai bentuk komitmen dan
kepedulian terhadap pembangunan Jawa Barat. Gema Jabar memfokuskan pada upaya
pengembangan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang secara faktual memang masih
cukup memprihatinkan. Gema Jabar memiliki program Pelatihan Kepemimpinan Putra
Sunda (PKPS) yang telah berjalan sejak tahun 2002 hingga 2011. Setiap tahun
mengadakan 1 (satu) Angkatan Diklat. Hingga 2011, telah melaksanakan 9 Angkatan
dengan jumlah alumni Diklat 900 orang yang tersebar di berbagai wilayah Jawa
Barat.
Kegiatan PKPS 9 dimulai dari tanggal 13-19 November 2011
di Pusdikbekang Cimahi dan Perkemahan Ranca Upas. Peserta yang berjumlah 100
orang diberikan berbagai fasilitas mulai dari akomodasi, konsumsi, seminar kit,
sertifikat, fasilitas kesehatan, dan seragam. Pemateri yang diundang pun
merupakan profesional di bidangnya masing-masing seperti Ahmad Heryawan
(Gubernur Jawa Barat), Daud Achmad (Kadisorda Jabar), Mayjen Lodewijk F Paulus
(Danjen Kopassus), Dede Mariana (Pengamat Politik), Ganjar Kurnia (Rektor
Unpad), Burhanudin Abdullah (Rektor Ikopin), Sandiaga S Uno (Pengusaha),
Mubiyar Purwasasmita (Aktivis Lingkungan), Agus Muharam (Deputi Koperasi),
Agung Sutisno (Ketua Kadin Jabar), Tjetje H Padminata (Tokoh Jabar), Herman
Afif (Pembina Gema Jabar), Mayjen Purn Sudrajat (Tokoh Militer), Djaka
Badrayana (Ketua Gema Jabar), Dedi Priyatna (Deputi Bappenas), Iwan Abdurochman
(Seniman&Tokoh Lingkungan), Indra Prawira (Pengamat Politik), Ridwan Kamil
(Arsitek), Iman Soleh (Budayawan&Seniman Sunda), Hawe Setiawan (Sastrawan
Sunda), dan Goris Mustaqim (Enterpreuneur Muda).
Oh ya, dan yang paling penting bagi para mahasiswa,
kegiatan ini GRATIS. Calon peserta hanya perlu memenuhi mekanisme pendaftaran
yaitu peserta merupakan putra/putri daerah Jabar, terdaftar sebagai
mahasiswa/aktivis organisasi kepemudaan di Jabar, IPK minimal 2,75, mengisi
formulir pendaftaran, dan membuat essay mengenai Jawa Barat.
Setelah lolos menjadi 100 peserta PKPS 9, saya pun
bersiap berangkat ke Pusdikbekang Cimahi bersama 11 teman-teman utusan dari
IPB. Ini akan sangat menyenangkan!!!
Pembukaan kegiatan PKPS 9
Hari 1
Ada 11 orang utusan/delegasi dari IPB yang mengikuti
kegiatan PKPS 9 yaitu Teh Yanti, Teh Evi, Teh Nina, Eka, Irma, Rizal, Reza,
Andri, Ari, Derri, dan saya sendiri. Kami berangkat jam 6 pagi dari kampus IPB
Darmaga dengan menggunakan kendaraan umum dan sampai di Pusdikbekang Cimahi jam
10 pagi.
Pusdikbekang (Pusat Pendidikan Perbekalan Angkutan)
adalah salah satu tempat pendidikan tentara/TNI sehingga suasana militer sangat
terasa sekali. Para peserta menempati barak tentara untuk beristirahat. Bagi
kami utusan dari IPB, suasana barak di Pusdikbekang sudah tidak asing lagi
karena suasananya mirip asrama di IPB. Namun yang mengejutkan ternyata TNI yang
berada di Pusdikbekang ingin terlibat juga dalam kegiatan PKPS 9 ini sehingga
kami diperlakukan layaknya calon tentara pula.
Misalnya saat makan siang, berbagai peraturan harus kami
patuhi dari mulai tidak bersuara saat berada di ruang makan, antri saat
mengambil makan, duduk siap di meja makan, tidak makan duluan namun harus
menunggu semua siap di meja makan dulu, sendok dan piring tidak boleh
menimbulkan suara, harus mengambil semua jenis lauk walau tidak suka, dan yang
paling berat (bagi saya) hanya diberi waktu makan 5 menit!!!
<=== Suasana makan di pusdikbekang
Pada hari itu kami dipimpin oleh Komandan Jecnever.
Kemana pun kami pergi, kami harus berbaris yang rapih, meneriakkan yel-yel, dan
bila melakukan kesalahan akan menerima hukuman. Jlegerr...
Kegiatan pada hari pertama tidak banyak, hanya seputar
perkenalan peserta dan panitia, pembagian kelompok, dan pembagian alat-alat dan
seragam. Walau keras, intinya tentara telah mengajarkan pada saya akan arti
kedisiplinan dan kebersamaan.
Hari 2
Para peserta harus bangun jam 4 pagi lalu melakukan senam
yang dipimpin oleh Komandan Jecnever. Udara dingin perlahan tidak terasa karena
senam yang kami lakukan ditambah push up dan sit up berkali-kali (lupa berapa
kali, pokoknya banyak huhuhu). Jujur saya jarang sekali dan sulit melakukan
push up dan sit up sebanyak itu, lucunya saat itu saya bisa melakukannya,
mungkin karena ketakutan diawasi oleh Komandan Jec hahaha. (Tapi setelah itu
saya mengalami kram otot selama 3 hari...err...)
Setelah senam, mandi dan bersiap-siap, kami berkumpul di
ruang makan untuk makan pagi. Selama pelatihan, setiap hari kami mendapat 3
kali makan dan 2 kali Coffee Break. Rasanya kok lebih bergizi dibanding jadwal
makan saya selama di kosan hahaha.
Suasana di kelas ===>
Materi yang diberikan mirip seperti kuliah, dalam 1 hari
ada 4 materi yang diberikan penuh dari jam 7 pagi sampai 10 malam diselingi
ishoma (istirahat sholat makan). Walau kadang mengantuk, tapi kami harus
waspada karena ada panitia yang suka iseng memotret jika kami tertidur hahaha.
Pada hari itu Bapak Ayi Vivananda (Wakil Walikota
Bandung) memberikan materi mengenai Kesundaan. Seperti dapat kita lihat saat
ini kemajuan teknologi telah menghilangkan beberapa kosa kata Sunda yang ada,
seperti kata ‘hawu’ yang sudah jarang dipakai karena saat ini masyarakat lebih
banyak menggunakan kompor gas. Kita sebagai generasi muda Sunda harus
menghilangkan budaya inferior yang dicirikan oleh kalimat “Mangga ti payun”
menjadi “Mangga ti payun, abdi ti heula”. Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh kapasitas saya sebagai mahasiswa ialah dengan memutus rantai kebodohan.
Hari 3
Terasa ada yang kurang. Pada hari ke-3 ini panitia
memutuskan untuk menghentikan campur tangan tentara dalam kegiatan PKPS 9
dikarenakan banyaknya keluhan dari peserta yang tidak tahan dengan cara
militer. Jujur saya juga merasa sedikit lega, namun jadi jengkel juga karena
para peserta jadi keluar sifat aslinya yang tidak disiplin. Ngok.
Oh ya, 100 peserta PKPS 9 dibagi menjadi 10 kelompok dan
saya masuk di kelompok terakhir, Kelompok 10 dengan nama kelompok Arya Brata
Sena dengan warna kelompok merah dan fasilitator Kang Adi. Kelompok 10 diketuai
oleh Eki dengan anggota Rizal, Jejen, Muslim, Ujang, Gani, Haryo, Sella, dan
saya sendiri.
Pada hari itu Ibu Ruhaliah dari UPI menyampaikan materi
mengenai Sejarah Kesundaan. Dengan mengetahui sejarah kita dapat mengambil
hikmah teladan dan menambah wawasan nilai hidup sebagai pegangan dalam hidup
bermasyarakat. Setelah itu Kang Ajat menyampaikan materi mengenai daya saing
global. Mulai saat ini kita harus lebih disiplin, mengenal kemampuan diri,
memiliki visi, dan kemampuan komunikasi yang baik agar dapat bersaing tidak
hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.
Sebelum berangkat ke Ranca Upas
Hari 4
Banyak ilmu yang saya dapatkan selama di PKPS 9 ini
seperti tentang kepemimpinan, kesundaan, sejarah Sunda, Sunda dalam daya saing
global, perkembangan budaya Sunda, kewirausahaan, korupsi, lingkungan, wawasan
kebangsaan, aksara sunda, dan berbagai motivasi dari orang-orang sukses.
Trekking ===>
Pada hari itu Bapak Iwan Gunawan (Wakil Ketua Kadin Jabar
bidang UMKM, Koperasi dan Kemitraan) berkesempatan memberikan materi mengenai
kewirausahaan. Untuk membangun ekonomi Indonesia alangkah baiknya bila generasi
muda dapat memulai berwirausaha dengan cara mulai memiliki pola pikir
wirausaha, sikap mental yang baik, ditambah ketrampilan teknis mengenai
keuangan, dan membangun jaringan bisnis. Di sisi lain Pak Mubyar mengajarkan
tentang pentingnya untuk mencintai lingkungan. Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak. Terakhir,
kami pun diajari bagaimana menulis menggunakan aksara Sunda.
Ini hari terakhir kami mendapat pelatihan dengan suasana
indoor (dalam ruangan kelas) di Pusdikbekang Cimahi karena besok akan pindah
tempat dengan suasana outdoor di Perkemahan Ranca Upas.
Hari 5
Setelah sampai di Ranca Upas, para peserta melakukan
trekking selama kurang lebih 1 jam menuju tempat perkemahan. Disini kami dibagi
lagi menjadi 20 kelompok bivak (tenda). Karena umur saya paling tua di dalam
kelompok (hiks), saya menjadi ketua Kelompok 16 dengan anggota Sista, Endah,
Dela, dan Innasya. Kami mendirikan bivak sendiri dan memasak makanan sendiri.
Jarang sekali saya berkemah seperti ini, jadi segar lagi hehehe.
Dandru kumpuuul!
Walau di perkemahan tapi kami tetap mendapat materi.
Namun bedanya, tempatnya bukan di ruangan kelas melainkan di dalam tenda besar.
Biasanya kalau di kelas suasananya lebih kaku, namun di outdoor ini suasananya
lebih santai. Para peserta pun menjadi lebih akrab dan saling berbaur.
Hari 6
Udaranya dingiiiiin sekali, tangan dan kaki saya terasa
beku terus. Berhubung musim hujan, gerimis dan hujan pun sesekali datang. Para
peserta saling membantu mengatasi medan yang licin karena hujan. Saya pun
sering dibantu oleh Taufik. Disini kami belajar untuk lebih bisa bekerja sama
satu sama lain. Selanjutnya Kang Heldi mengajari tentang bagaimana cara
bertahan hidup di alam liar. Saya pun mencoba memakan beberapa tanaman yang
bisa dimakan untuk bertahan hidup di hutan.
Suasana di Ranca Upas
Materi terakhir diisi oleh Abah Iwan yang semakin
menambah semangat dan motivasi
kami. Selain itu Abah
Iwan sangat menekankan akan pentingnya apresiasi dan tingkah laku. Ilmu tidak
tergantung dari sumber yang bagus atau tidak, tapi bagaiman kemampuan kita
untuk menangkap ilmu tersebut. Bila hati kita sudah tertutup, ilmu sebagus
apapun tidak akan terserap. Sumber ilmu pun tidak hanya guru, namun siapa pun
bisa menjadi sumber ilmu yang dapat mengajari kita akan kehidupan. Begitupun
benda seperti pohon, di dunia ini, hanya pohon satu-satunya pabrik oksigen di
dunia ini. Namun mengapa terkadang kita sama sekali tidak menghargainya, malah
dengan seenaknya melakukan perusakan seperti penebangan liar.
Setelah materi terakhir itu kami menghabiskan malam terakhir
di Ranca Upas dengan bernyanyi-nyanyi sambil menghangatkan diri (dan menjemur
sepatu yang kehujanan hehehe) di sekitar api unggun. Untunglah malam itu cuaca
cerah dan banyak sekali bintang indah di langit. Oh ya, ada cerita cinta juga
dong di PKPS 9 ini, yaitu Kang Haris yang dengan berani mengungkapkan
perasaannya pada Teh Ocha. XD
Hari 7
Di hari terakhir, sejak pagi telah diisi dengan berbagai
macam permainan dan penampilan yel-yel dari tiap kelompok. Setelah itu
dilanjutkan dengan diskusi per divisi profesi yang terbagi menjadi divisi
Kewirausahaan, Politik&Hukum, Pendidikan, dan Sosial Kemasyarakatan. Saya
bergabung dengan kelompok Kewirausahaan dengan anggota Dikdik, Usman, Lukman,
Haris, Ari, Adi, Asep, Reza, Pian, Anna, Ima, Irma, Arin. Kami dari divisi
Kewirausahaan membentuk GEMPAR (Gerakan Pemuda Wirausaha Jawa Barat). Setelah
itu para peserta PKPS 9 bermusyawarah memilih Ketua Angkatan PKPS 9 yaitu Kang
Fani utusan dari Unpad.
Suasana di Ranca Upas
Setelah sampai di Gedung Sate, para peserta beristirahat
sampai jam 8 malam. Tepat pada jam 8 malam acara penutupan kegiatan PKPS 9
dimulai. Kang Djaka memimpin acara disertai tokoh-tokoh penting yang hadir
untuk melepas kami. Dokumentasi selama kegiatan ditayangkan. Dan akhirnya
dengan haru dan gembira kami melepas syal sebagai tanda telah lulus dari
kegiatan PKPS 9. Setelah itu kami saling bersalaman satu dengan yang lainnya,
sebagai salam perpisahan karena mungkin akan sulit untuk bertemu lagi. Malam
pun semakin larut dan perlahan para peserta kembali ke daerahnya masing-masing
dengan membawa kenangan akan PKPS 9... (tamat :’))
* Laporan Kegiatan
untuk LISES Gentra Kaheman IPB.
Hatur nuhun
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar